Dajjal di Akhir Zaman

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gasahar -Keberadaan Dajjal merupakan salah satu topik yang menarik & layak kaji. Pasalnya, masalah yang satu ini sering menjadi ‘isu kondisional’ sejak dahulu kala. Simpang siur pendapat pun sering kali bergulir di tengah umat, tentunya dgn berbagai macam persepsi & landasan berpikir yang berbeda. Tak ayal, kontroversi ini menjadikan bingung banyak orang yang notabene awam.

Sebelum menelusuri kontroversi sikap seputar Dajjal, tentunya amat penting utk didudukkan terlebih dahulu hakikat Dajjal yang sedang dipermasalahkan ini. Karena hukum terhadap sesuatu, merupakan cabang dari penggambarannya. Bagaimana mungkin seseorang bisa menghukumi bahwa Dajjal itu ada atau tidak, sementara belum jelas baginya hakikat Dajjal yang sedang dipermasalahkan.

Hakikat Dajjal yang Dipermasalahkan

Dajjal yang sedang dipermasalahkan keberadaannya itu adalah seseorang dari bangsa manusia yang Allah l munculkan di akhir zaman (dengan segala kekuasaan & hikmah-Nya), sebagai fitnah (ujian) besar bagi umat manusia di muka bumi ini1, & sebagai salah satu pertanda kuat semakin dekatnya hari kiamat2. Bentuk fisik Dajjal adalah; matanya buta sebelah (yang dengannya disebut Al-Masih), pada dahinya tertulis huruf (ك.ف.ر) yang berarti kafir di mana tulisan itu bisa dibaca oleh siapa saja yang di hatinya ada keimanan3, berambut sangat keriting4, bertubuh besar, & sudah ada saat ini di sebuah pulau yang ada di tengah lautan (arahnya sebelah timur kota Madinah), dlm keadaan dibelenggu dgn belenggu besi yang amat kuat5.

Ketika muncul, dia mengaku sebagai Allah l (padahal sesungguhnya Allah l tak buta sebelah seperti dia) & menyeru umat manusia utk menyembah dirinya. Allah l kuasakan bagi Dajjal utk membawa sesuatu seperti Jannah (surga) & Naar (neraka). Jannah Dajjal hakikatnya adalah Naar Allah, & Naar Dajjal hakikatnya adalah Jannah Allah6.

Tempat kemunculannya kelak dari sebuah jalan yang terletak antara negeri Syam & Irak. Dia pun akan tinggal di muka bumi ini selama 40 hari; hari pertama lamanya satu tahun, hari kedua lamanya satu bulan, hari ketiga lamanya satu pekan, hari keempat & seterusnya lamanya seperti hari-hari biasa (24 jam). Allah l kuasakan pula baginya kemampuan utk mengelilingi dunia dgn sekejap seiring dgn berhembusnya arah angin (kecuali kota Makkah & Madinah, tak mampu dimasukinya karena dijaga oleh para malaikat Allah l). Sebagaimana pula Allah l kuasakan baginya hal-hal aneh lainnya yang tak dimampui oleh manusia biasa.

Kemudian terjadilah pertempuran yang dahsyat antara Dajjal berikut pengikutnya melawan pasukan Islam yang dipimpin oleh Al-Imam Mahdi yang diperkuat oleh Nabi ‘Isa u yang Allah l turunkan dari langit. Akhirnya Dajjal tewas dibunuh oleh Nabi ‘Isa u di daerah Bab Ludd, Palestina7. Demikianlah hakikat Dajjal yang dipersoalkan eksistensinya itu. Untuk mengetahui lebih rinci tentang Dajjal & hakikatnya, silakan membaca rubrik Kajian Utama pada edisi ini.

Rambu-Rambu Penting Dlm Perselisihan & Perbedaan Pendapat

Para pembaca yang mulia, dlm Al-Qur`anul Karim, Allah l Yang Maha Rahman telah memberikan bimbingan-Nya sekaligus solusi bagi segala perselisihan, perbedaan pendapat, & kontroversi yang mengitari kehidupan para hamba-Nya. Termasuk perkara Dajjal yang tengah dipermasalahkan ini. Allah l berfirman:

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Dan jika kalian berselisih dlm suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah & Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah & hari akhir. Yang demikian itu lebih utama & lebih baik akibatnya.” (An-Nisa`: 59)

Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “(Kembalikanlah kepada Allah & Rasul-Nya), maksudnya: kembalikanlah keputusan permasalahan tersebut kepada Kitabullah (Al-Qur`an) & kepada Rasul-Nya dgn bertanya kepada beliau semasa hidupnya atau dgn merujuk kepada Sunnah Rasulullah n sepeninggal beliau. Demikianlah keterangan dari Mujahid, Al-A’masy, & Qatadah rahimahumullah, & memang benar apa yang mereka katakan itu. Barangsiapa tak sepakat dgn (apa yang Allah l bimbingkan, pen.) ini, maka telah cacat keimanannya karena Allah l telah nyatakan dlm ayat tersebut; (jika kalian beriman kepada Allah l & hari akhir).” (Tafsir Al-Qurthubi juz 5, hal. 261)

Kembali (merujuk) kepada Al-Qur`an & Sunnah Rasul-Nya dlm setiap permasalahan yang diperselisihkan amat besar hikmahnya. Sebagaimana yang dikatakan Al-Imam Al-Qurthubi t ketika menafsirkan surat Ali ‘Imran ayat 103: “Allah mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dgn Kitab-Nya (Al-Qur`an) & Sunnah Nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Ia (juga) memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al-Qur`an & As-Sunnah secara keyakinan & amalan. Itulah sebab keselarasan kata & bersatunya apa yang tercerai-berai, yang dengannya akan teraih maslahat dunia & agama serta selamat dari perselisihan…” (Tafsir Al-Qurthubi juz 4, hal. 105)

Lain halnya dgn akal (semata) yang di-Tuhan-kan oleh sebagian orang serta lebih diutamakan daripada Al-Qur`an & Sunnah Rasulullah n (syariat)8. Padahal fenomena akal ini amat memilukan. Tak sedikit dari para pemujanya yang menyesal & bingung akibat jalan yang ditempuhnya itu.

Abu Abdillah Ar-Razi, tokoh Mu’tazilah yang telah menyelami lautan akal tersebut pernah mengatakan:

“Kesudahan mengedepankan akal adalah belenggu.

Dan kebanyakan upaya (hasil pemikiran) para intelektual itu adalah kesesatan

Ruh-ruh kami terasa amat liar di dlm tubuh-tubuh kami

Dan hasil dari kehidupan dunia kami adalah gangguan & siksaan (batin)

Tidaklah didapat dari penelitian yang kami lakukan sepanjang masa

melainkan kumpulan pernyataan-pernyataan (yang tak menentu)

Aku (Ar-Razi) telah memerhatikan dgn saksama berbagai seluk-beluk ilmu kalam & metodologi filsafat. Maka kulihat semua itu tidaklah dapat menyembuhkan orang yang sakit serta tak pula memuaskan orang yang dahaga. Dan (ternyata) metode yang paling tepat adalah metode Al-Qur`an.” (Lihat Dar`u Ta’arudhil ‘Aqli wan Naqli, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t, juz 1, hal. 160)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata: “Engkau akan mendapati kebanyakan para pakar di bidang ilmu kalam, filsafat, & bahkan tasawuf yang tak mengindahkan apa yang dibawa Rasulullah n, adalah orang-orang yang bingung. Sebagaimana yang dikatakan Asy-Syahrastani t:

‘Sungguh aku telah keliling ke ma’had- ma’had (filsafat) tersebut

dan seluruh pandanganku tertuju kepada mercusuar-mercusuarnya

Namun, tak kulihat padanya kecuali orang yang bingung sambil bertopang dagu

dan orang yang menyesal sambil menggemertakkan giginya’.” (Dar`u Ta’arudhil Aqli Wan Naqli, juz 1, hal. 159)

Kontroversi Seputar Dajjal

Secara garis besar, ada tiga pendapat dlm permasalahan ini:

Pertama: Dajjal dgn gambaran di atas tak ada sama sekali. Ini merupakan pendapat kelompok Khawarij, Jahmiyyah, & sebagian Mu’tazilah. (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, karya Al-Imam An-Nawawi t juz. 18, hal. 263)

Dalilnya:

1. Masalah Dajjal tak disebutkan dlm Al-Qur`an. Kalaulah Dajjal tersebut benar adanya niscaya akan disebutkan dlm Al-Qur`an.

2. Hadits-hadits seputar Dajjal bertentangan dgn akal. Mana mungkin ada manusia (yang bukan nabi) mempunyai kemampuan seperti itu?! Lebih-lebih lagi hari pertama, kedua, & ketiganya tak 24 jam. Belum pernah ada kejadian seperti itu sepanjang sejarah umat manusia.

3. Ketetapan adanya Dajjal akan mengundang orang utk mengaku-ngaku sebagai Dajjal. Tentunya yang demikian ini termasuk membuka pintu kejelekan bagi umat.

Kedua: Dajjal dgn gambaran di atas benar adanya. Hanya saja semua yang dipertontonkan Dajjal di hadapan umat manusia tak ada hakikatnya, layaknya sulap. Ini merupakan pendapat Ibnu Hazm, Ath-Thahawi, Abu ‘Ali Al-Jubba’i, & sebagian Jahmiyyah. (Lihat At-Tadzkirah, karya Al-Imam Al-Qurthubi t hal. 552 & An-Nihayah Fil Fitan wal Malahim, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir t juz 1, hal 164/dinukil dari Majalah At-Tau’iyah Al-Islamiyyah no. 223, tahun ke-25/1420 H hal. 95-96)

Dalilnya: Jika semua yang ditampilkan Dajjal itu ada hakikatnya, niscaya akan menjadi rancu antara pendusta & yang jujur. Demikian pula antara seorang nabi dgn yang mengaku nabi. (Lihat At-Tadzkirah, hal. 552)

Ketiga: Dajjal dgn gambaran di atas benar adanya, & segala apa yang ditampilkannya di hadapan umat manusia adalah nyata bukan khayal ataupun sulap. Ini merupakan pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah, seluruh ahli hadits & ahli fiqh. (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, juz 18, hal. 263)

Dalilnya:

1. Al-Qur`anul karim, yaitu firman Allah l:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya.” (Al-An’am: 158)10

2. Hadits-hadits Nabi n yang amat banyak jumlahnya, hingga mencapai derajat mutawatir.

q Al-Hafizh Ibnu Katsir t berkata {ketika membantah para pengingkar (adanya) Dajjal}: “Dengan pendapat tersebut akhirnya mereka keluar dari apa yang dinyatakan para ulama. Hal itu disebabkan penolakan mereka terhadap hadits-hadits shahih yang dinukil secara mutawatir dari Rasulullah n.” (Lihat Iqamatul Burhan, karya Asy-Syaikh Hamud bin Abdillah At-Tuwaijiri t/Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah no.13, tahun 1405 H, hal. 103)

q Asy-Syaikh Hamud bin Abdillah At-Tuwaijiri t berkata: “Telah mutawatir hadits-hadits seputar Dajjal dari jalan (sanad) yang berbeda-beda, sebagaimana yang telah saya sebutkan dlm kitab Ithaful Jama’ah. Jika saja tak ada hadits-hadits tersebut kecuali hadits yang memerintahkan utk berlindung kepada Allah l dari fitnah Dajjal pada (penutupan) setiap shalat, yang demikian itu sudah cukup sebagai bukti akan adanya Dajjal & bantahan bagi yang mengingkarinya.” (Iqamatul Burhan/ Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah no. 13, tahun 1405 H, hal. 103)

3. Keberadaan Dajjal merupakan hal yang disepakati Ahlus Sunnah wal Jamaah dari kalangan ahli hadits & ahli fiqih. Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Pasal: Iman akan adanya Dajjal & (berita, pen.) kemunculannya adalah benar. Ini merupakan pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah, seluruh ahli hadits & ahli fiqih.” (At-Tadzkirah, hal. 552)

Diskusi Pendapat

1. Pendapat pertama

Pendapat ini bersumber dari Khawarij, Jahmiyyah, & sebagian Mu’tazilah yang notabene ahlul bid’ah wal furqah. Sementara setiap muslim diperintah utk mengikuti jejak Rasulullah n & para sahabatnya, serta menjauhi bid’ah & para pengusungnya.

Pernyataan mereka bahwa masalah Dajjal tak disebutkan dlm Al-Qur`an, tak bisa dibenarkan sebagaimana keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar t berikut ini:

a) Bahwasanya Dajjal (secara tersirat, pen.) masuk dlm firman Allah l:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya.” (Al-An’am: 158)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi t & dishahihkannya dari Abu Hurairah z secara marfu’ (disandarkan kepada Nabi n):

ثَلَاثَةٌ إِذَا خَرَجْنَ لَـمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَـمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ: الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Tiga hal apabila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi sebuah keimanan bagi seorang jiwa yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, daabbah, & terbitnya matahari dari arah barat.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahihul Jami’ no. 3023)

b) Telah ada sinyal dlm Al-Qur`an tentang turunnya Nabi ‘Isa u (di akhir zaman, pen.) sebagaimana dlm firman-Nya l:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

“Tiada seorang pun dari ahli kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya (di akhir zaman, pen.). Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu & ikutilah Aku, inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 61)

Sebagaimana pula telah sah (dari Rasulullah n, pen.) bahwa Nabi ‘Isa q lah yang membunuh Dajjal, sehingga cukuplah disebutkan salah satunya (Nabi ‘Isa q, pen.) utk menunjukkan keberadaan yang lainnya (Dajjal, pen.). Demikian pula karena keduanya dijuluki Al-Masih (sehingga cukup disebutkan salah satunya saja, pen.), hanya saja Dajjal Al-Masih yang sesat sedangkan Nabi ‘Isa Al-Masih yang membawa petunjuk.

c) Disebutkan dlm Tafsir Al-Baghawi, bahwa penyebutan Dajjal ada dlm Al-Qur`an, sebagaimana dlm firman-Nya:

لَـخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya penciptaan langit & bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui.” (Al-Mu`min: 57)

Yang dimaksud manusia di sini adalah Dajjal, disebutkan secara umum (manusia, pen.) sedangkan yang dituju adalah khusus (Dajjal, pen.). Bila hal ini benar, maka ia merupakan jawaban yang paling tepat dlm permasalahan ini, & sebagai penyebutan global bagi apa yang dirinci Nabi n (perihal Dajjal tersebut, pen.). Wal ‘ilmu ‘indallahi ta’ala.” (Fathul Bari juz 13, hal. 98)

Pernyataan mereka bahwa hadits-hadits seputar Dajjal bertentangan dgn akal, maka akal siapakah yang dijadikan pijakan?! Padahal akal manusia itu berbeda-beda baik latar belakang maupun kemampuan nalarnya. Lebih dari itu, akal manusia amat terbatas kemampuannya, sehingga ia tak bisa dijadikan tolok ukur utk menetapkan atau menolak suatu berita yang sah dlm agama ini.

Al-Imam Asy-Syathibi t berkata: “Sesungguhnya Allah l telah memberikan batasan kemampuan akal yang tak bisa dilampaui, & Allah l tak memberikan kemampuan bagi akal utk mengetahui segala sesuatu yang diinginkan.” (Al-I’tisham juz 2, hal. 318)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t berkata: “Berbagai macam berita yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi n maka benar keberadaannya & wajib dipercayai, baik dapat dirasakan oleh panca indera kita maupun yang bersifat gaib, baik yang dapat dijangkau oleh akal kita maupun tidak.” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 101)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t berkata: “Hakikat iman adalah keyakinan yang sempurna terhadap segala yang diberitakan para rasul, yang mencakup ketundukan anggota tubuh kepadanya. Iman yang dimaksud di sini bukanlah yang berkaitan dgn perkara yang bisa dijangkau panca indera, karena dlm perkara yang seperti ini tak berbeda antara muslim dgn kafir. Akan tetapi permasalahannya berkaitan dgn perkara gaib yang tak bisa kita lihat & saksikan (saat ini). Kita mengimaninya, karena (adanya) berita yang datang dari Allah l & Rasul-Nya. Inilah keimanan yang membedakan antara muslim dgn kafir, yang mengandung kemurnian iman kepada Allah l & Rasul-Nya. Maka, seorang mukmin (wajib) mengimani semua yang diberitakan Allah l & Rasul-Nya baik yang dapat disaksikan oleh panca inderanya maupun yang tidak. Baik yang dapat dijangkau oleh akal & nalarnya, maupun yang tak dapat dijangkaunya. Hal ini berbeda dgn kaum zanadiqah (yang menampakkan keislaman & menyembunyikan kekafiran, -pen.) serta para pengingkar perkara gaib (yang telah diberitakan Allah l & Rasul-Nya). Dikarenakan akalnya yang bodoh lagi dangkal serta jangkauan ilmunya yang pendek, akhirnya mereka dustakan segala apa yang tak diketahuinya. Maka rusaklah akal-akal (pemikiran) mereka itu, & bersihlah akal-akal (pemikiran) kaum mukminin yang selalu berpegang dgn petunjuk Allah l.” (Taisir Al-Karimirrahman hal. 23)

Berikutnya, Allah Maha Kuasa lagi Maha segala-galanya utk memunculkan manusia (selain nabi) yang mempunyai kemampuan semacam itu. Sebagaimana pula Dia Maha Mampu utk menjadikan hari-hari Dajjal seperti yang diberitakan Rasulullah n.

Pernyataan mereka bahwa ketetapan adanya Dajjal akan mengundang orang utk mengaku sebagai Dajjal sehingga ditiadakan saja, maka tak bisa dibenarkan. Karena berita yang sah dari Allah l & Rasul-Nya tidaklah boleh ditolak dgn kemungkinan-kemungkinan semacam ini. Bahkan semua itu wajib diimani & diterima dgn lapang dada, walaupun ada orang yang terfitnah dgn apa yang dipropagandakannya. (Lihat Iqamatul Burhan/ Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah no.13, tahun 1405 H, hal. 112)

2. Pendapat kedua

Pendapat kedua adalah pendapat yang lemah berdasarkan uraian berikut ini:

Semua yang diberitakan Rasulullah n seputar Dajjal & segala kemampuannya (dengan izin Allah l) bukanlah khayal ataupun sulap. Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Pernyataan mereka bahwa apa yang ditampilkan oleh Dajjal itu hanyalah sulap & khayal merupakan pernyataan yang lemah & tak bisa diterima. Karena semua yang diberitakan Rasulullah n seputar Dajjal & segala kemampuannya merupakan sesuatu yang nyata (bisa terjadi) & akal/nalar pun bisa menerimanya. Sehingga wajib difahami sesuai dgn hakikat/zhahirnya (yang diberitakan Rasulullah n).” (At-Tadzkirah, hal. 553)

Pernyataan mereka: “Jika semua yang ditampilkan Dajjal di hadapan umat manusia itu ada hakikatnya, niscaya akan menjadi rancu antara pendusta & yang jujur, & tak ada bedanya antara seorang nabi dgn yang mengaku nabi,” tidaklah bisa dibenarkan.

Al-Qadhi ‘Iyadh t berkata: “(Asumsi) yang demikian merupakan suatu kesalahan dari mereka. Karena Dajjal dgn segala kemampuannya (dengan izin Allah l) tidaklah mengaku sebagai nabi, akan tetapi justru mengaku sebagai Allah l yang berhak diibadahi. Padahal realita keadaannya; baik dari segi sepak terjangnya, adanya ciri makhluk pada dirinya, kondisinya yang cacat fisik, tak mampu mengubah matanya yang buta sebelah menjadi normal, & tak mampu pula menghilangkan tanda kafir yang ada pada dahinya, merupakan bukti kuat bahwa dia pendusta.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, juz 18, hal. 243)

Jawaban senada juga disampaikan Al-Imam Al-Qurthubi t, sebagaimana dlm kitabnya At-Tadzkirah (hal. 552).

3. Pendapat ketiga:

Adapun pendapat ketiga, maka dasarnya cukup kuat. Di samping dari Al-Qur`an sebagaimana yang diulas oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar t di atas, hadits-hadits mutawatir sebagaimana yang dinyatakan Al-Hafizh Ibnu Katsir t & Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiri t, serta kesepakatan Ahlus Sunnah dari kalangan ahli hadits & ahli fiqih sebagaimana yang dijelaskan Al-Imam Al-Qurthubi t.

Pendapat Manakah yang Kuat

Maka pendapat yang kuat dlm permasalahan ini tentunya pendapat ketiga yang menyatakan bahwa Dajjal benar adanya, & segala apa yang ditampilkannya di hadapan umat manusia adalah nyata, bukan khayal ataupun sulap. Dasar tarjihnya sebagai berikut:

1. Pendapat ini didasari dalil-dalil yang kuat baik dari Al-Qur`an, hadits mutawatir, & juga kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sementara pendapat pertama & kedua tak demikian adanya.

2. Segala berita yang sah (bersumber) dari Nabi n wajib diterima & diyakini kebenarannya. Apalagi bila berita tersebut diriwayatkan secara mutawatir yang merupakan tingkatan tertinggi dari suatu hadits. Allah l berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang diberitakan Rasul kepada kalian maka terimalah dia, & apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah; & bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-Hasyr: 7)

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْـهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْـمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, & mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa bergelimang dlm kesesatan & Kami masukkan ia ke dlm Jahannam, & Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa`: 115)

Hal itu karena segala apa yang datang dari Rasulullah n adalah wahyu yang turun dari Allah l. Sebagaimana firman Allah l:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْـهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 3-4)

3. Tidak adanya dalil dari Al-Qur`an, hadits Nabi n, ijma’ ataupun perkataan sahabat yang mengingkari adanya Dajjal, bahkan semuanya menunjukkan bahwa Dajjal itu ada.

4. Ingkar terhadap keberadaan Dajjal merupakan pendapat ahlul bid’ah wal furqah dari kalangan Khawarij, Jahmiyyah, & sebagian Mu’tazilah. Dilihat dari narasumbernya saja (yakni ahlul bid’ah wal furqah) sudah tak layak, apalagi nyata-nyata bertentangan dgn hadits mutawatir & kesepakatan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dari kalangan ahli fiqih & ahli hadits.

5. Keimanan akan adanya Dajjal termasuk masalah aqidah (prinsip), sehingga disebutkan oleh para ulama dlm kitab-kitab aqidah mereka. Di antaranya:

Al-Imam Ahmad bin Hanbal t berkata: “(Di antara prinsip Ahlus Sunnah, pen.) beriman akan kemunculan Al-Masih Dajjal (di akhir zaman, pen.) yang pada dahinya tertulis huruf yang bermakna kafir, beriman dgn hadits-hadits seputar Dajjal & mengimani keberadaannya, serta beriman bahwa Nabi ‘Isa u akan turun (ke muka bumi) & membunuh Dajjal di Bab Ludd.” (Ushul As-Sunnah, hal. 33-34)

Al-Imam Al-Barbahari t berkata: “Mengimani (berita) kemunculan Al-Masih Dajjal (di akhir zaman, pen.) & turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam e (ke muka bumi) lalu membunuh Dajjal.” (Syarhus Sunnah hal. 75)

Al-Imam Ath-Thahawi Al-Hanafi t berkata: “Kami beriman akan adanya tanda-tanda hari kiamat seperti munculnya Dajjal & turunnya Nabi ‘Isa u dari langit.” (Lihat Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, karya Al-Imam Ibnu Abil ‘Izz t hal. 754)

Al-Imam Abu Muhammad ibnul Husain, yang lebih dikenal dgn sebutannya Ibnul Haddad Asy-Syafi’i t berkata: “Bahwa tanda-tanda yang akan muncul menjelang hari kiamat seperti munculnya Dajjal, turunnya Nabi Isa u, asap tebal, daabbah, terbitnya matahari dari arah barat, & lain sebagainya dari tanda-tanda yang terdapat dlm hadits-hadits shahih adalah benar.” (‘Aqidah Ibnil Haddad, dinukil dari Iqamatul Burhan/Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah no. 13, tahun 1405 H, hal. 109)

Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Al-Hanbali t berkata: “Wajib (bagi setiap muslim, -pen.) utk beriman kepada semua yang diberitakan Nabi n & apa yang dinukil secara shahih dari beliau n, baik perkara tersebut dapat dilihat mata maupun yang bersifat gaib. Kami meyakini bahwa semua itu benar & dapat dipercaya… (hingga perkataan beliau)… di antaranya adalah yang berkaitan dgn tanda-tanda hari kiamat, seperti munculnya Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa n & akhirnya membunuh Dajjal, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari arah barat, keluarnya daabbah, & lain sebagainya yang telah shahih penukilannya (dari Rasulullah n, pen.).” (Lum’atul I’tiqad, lihat syarah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, hal. 101)

Gasahar -Semoga sajian seputar Dajjal & keberadaannya ini dapat difahami sebaik-baiknya, khususnya poin diskusi pendapat & tarjihnya. Dengan suatu harapan yang mulia, agar kita semua berpegang teguh dgn Al-Qur`an & Sunnah Rasul-Nya serta keterangan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dlm permasalahan ini, sehingga mempunyai satu kesimpulan yang sama; bahwa keberadaan Dajjal (di akhir zaman) benar adanya, & segala apa yang ditampilkannya di hadapan umat manusia adalah nyata bukan khayal ataupun sulap.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Ayo Ikuti Program Gasahar.com

1 . Gasahar Media

Kami dan team mencoba berkontribusi di Media Online dengan kata kunci @gasaharmedia yang sudah meliputi:

  1. Channel Telegram
  2. Media Facebook
  3. Media Instagram
  4. Media Youtube
  5. Dan media-media lain yang akan terus kami kembangkan.

Silahkan update status di media sosialmu, dengan Dakwah Islamiyyah Ahlu Sunah wal Jama’ah.

Bergabunglah di grup telegram dengan kata kunci @gasaharmedia . Daftarkan telegram anda di admin berikut KLIK

2 . Gasahar Store

Kami dan team mencoba berkontribusi di Market Place dengan kata kunci @gasaharstore yang sudah meliputi:

  1. Channel Telegram
  2. Media Facebook
  3. Media Instagram
  4. Media Youtube
  5. Dan media-media lain yang akan terus kami kembangkan.

Silahkan Belanja di Gasahar Store Kami Menjual Produk Original Berkualitas dengan Harga Istimewa.

Bergabunglah di grup telegram dengan kata kunci @gasaharstore . Daftarkan telegram anda di admin berikut KLIK

3 . Belajar Sedekah Gasahar.com

    Bagi para sahabat yang ingin Belajar Sedekah berupa uang. Untuk program dan kegiatan Belajar Sedekah Gasahar.com, kami menyediakan beberapa daftar pilihan sedekah baik sebagai donatur tetap ataupun non-tetap. Adapun sedekah dapat dikirimkan melalui transfer ke rekening sebagai berikut :

Bank BSI Bank Syariah Indonesia No. 350 47 7619 0 

(mohon untuk melakukan konfirmasi sedekah menggunakan prosedur di bagian bawah halaman ini)

Berikut ini pilihan paket sedekah yang kami tawarkan :

  1. Paket Shodaqoh (tidak rutin setiap bulan dan jumlah sedekah seikhlasnya)
  2. Paket Istiqomah (rutin setiap bulan) :

1) Istiqomah5k : sedekah per bulan Rp 5.000

2) Istiqomah10k : sedekah per bulan Rp 10.000

3) IstiqomahIkhlas : sedekah perbulan seikhlasnya

Prosedur Konfirmasi

    Demi mempermudah kami dalam melakukan pengecekan, mohon setelah melakukan transfer untuk konfirmasi melalui telepon/sms/whatsapp ke nomor +62 811 6945 155.

Whatsapp Kami Segera

Konfirmasi dengan menggunakan Whatsapp dengan mengirimkan foto bukti transfer ke nomor +62 811 6945 155

Kami akan mengirimkan informasi mengenai perkembangan terkini, laporan keuangan, dan laporan kegiatan Belajar Sedekah melalui berbagai media informasi secara berkala.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url